Semuanya Ku Gadaikan

Gubrakk…!!!

Terlihat sesosok perempuan yang tak asing lagi bagiku. Dia adalah Susi, janda dengan dua anak yang sedang sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan daerah Surabaya. Tante Susi, panggilan akrabku kepada beliau, perempuan separuh baya yang sudah ditinggalkan suaminya baru beberapa tahun itu bisa ku sebut dengan Wonder Woman. Pasalnya, beliau mengasuh kedua anaknya sendirian dengan ulet dan telaten. Tante termasuk orang tangguh yang baru beberapa bulan ku kenal.

Layaknya wanita yang tiada beban, Tante Susi selalu ceria dan murah senyum lagi ramah kepada siapa saja yang dikenalnya. Berdasarkan keterangan dari salah satu temannya.

“Mbak Susi itu tangguh, dia tak pernah mengeluh meski ditinggal suaminya. Mbak Susi orangnya baik, dia selalu bisa menjadi teman disaat aku sedih dan butuh teman curhat” Kata Rini (Nama Samaran)

Sosok wanita dengan rambut sebahu yang baru saja menjatuhkan sepeda motornya itu langsung ku kejar untuk ku tolong. Tak seperti biasa, entah kenapa siang itu Tante Susi benar-benar sempoyongan, seperti orang yang kelelahan tersengat sinar mentari. Ku lihat parasnya juga tak lagi segar, pucat seperti orang yang sedang berpuasa.

“Lho..kok sampe jatuh sih, Te?” tanyaku sambil membetulkan sepeda motor yang roboh.

“Iki lho, tadi mau parkir, tak kirain sudah ku pasang cagak’e (penyangganya)” Jawab Tante

Langsung ku tanyakan kepada beliau, sedang ada keperluan apa, kok tumben parkir jauh dari toko. Ternyata beliau ini sedang akan menggadaikan handphone anaknya. Kebetulan saat itu saya sedang menemani salah seorang teman yang ingin membeli handphone. Awalnya, temanku itu ku suruh membeli saja handphone milik Tante itu, tapi beliau tak mau menjualnya disebabkan handphone tersebut milik anaknya.

“Kalau mau ini, ku gadai saja sama kamu” Kata Tante Susi

“Enggak ah, ku beli saja. Wong, temenku butuh untuk dipakai kok. Kalau barang gadai kan gak boleh dimanfaatkan” Jawabku menyambut tawaran Tante Susi saat itu.

Setelah beberapa kali tawar menawar harga gadai kepada sales di counter tersebut, tante langsung pamit pulang. Beliau urung menggadaikannya di tempat tersebut karena nilainya kurang memuaskan. Saya memakluminya, dengan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi ditambah harus memenuhi kebutuhan anaknya yang masih sekolah, uang 200 ribu pasti masih kurang.

“Aku lho, kalau ada yang bisa ku gadai, pasti ku gadaikan. Anakku butuh uang untuk bayar sekolahnya” Kata itu tiba-tiba teringat dalam memoriku. Mambawa ingatanku kembali ke waktu lampau tatkala Tante Susi ngobrol denganku. Gara-gara kebutuhan yang harus beliau penuhi seorang diri, beliau sampai menekuni pekerjaan yang dilarang oleh undang-undang bahkan dilarang agama.

Kira-kira dua tahun yang lalu, Tante Susi pernah mendekam di hotel prodeo alias rutan, karena terlibat kasus aborsi. Pekerjaan haram itu terpaksa ia lakukan karena harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan kebutuhan anak-anaknya yang masih sekolah. Jalan pintas itu dilakukan ketika baru bercerai dengan suaminya yang bekerja di kapal pesiar. Tapi ya sudahlah…semuanya sudah terlanjur terjadi, dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali bertaubat dan tidak mengulanginya lagi.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan Tante Susi yang baru saya ceritakan, diantaranya:

1. Kita tak boleh mengambil jalan pintas untuk memperoleh uang dengan menghalalkan segala cara, sebab semua amalan manusia sudah diatur dengan Kitab Suci dan As-Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Begitu perhatiannya seorang ibu demi melihat anak-anaknya bahagia, untuk itu seorang anak dilarang durhaka kepada orangtua, bahkan mengatakan “Ah..” saja tidak boleh.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Al Isra : 17)

16 responses to “Semuanya Ku Gadaikan

  1. setiap orang tua apalagi ibu memang akan melakukan apapun demi anak-anaknya tapi kalau kita masi punya iman, sebaiknya berusaha mencari dengan cara dan jalan yg dibenarkan Agama. Karena sesungguhnya ketika kesulitan menerpa, Allah sedang sayang sama kita, menguji kesabaran kita dan jika kita sabar, akan ada kebaikan yg datang dari arah yang tak terduga setelahnya, tul kan Ri 🙂

  2. Setiap kebuntuan pasti memiliki jalan keluar dari pertolangan penghuni langit, bagi mereka yang selalu berpikir melalui kecerdasan iman, tanpa adayang harus tergadaikan sedikit pun.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah’s Blog

  3. Ternyata ibu2 seperti Tante Susi ini masih banyak di mana-mana. Buktinya saja Pegadaian begitu gencarnya membuka cabang bahkan hampir setiap kelurahan ada, di pasar, di mall, di dekat rumahku juga ada.
    Semoga beliau diberikan kemudahan hidup oleh Allah Ta’ala 🙂

  4. Kisah yang menyentuh Ri, apapun *sekalipun tidak dibolehkan* dilakukan seorang ibu untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya…duh, smoga Tante Susi selalu diberi rezeki yang penuh berkah ya, sehingga uang yang didapat betul-betul bisa bermanfaat…

  5. Demi anak dan keluarga, setiap orang pasti akan melakukan apapun, apalagi seorang ibu. Dia pasti rela menggadaikan apapun demi anak-anaknya.
    Cerita yang sangat menyentuh….

    • ah biasa yg namanya perempuan kan pakai lagu lama demi kebutuhan, padahal intinya adalah pemenuhan sahwat, karena ada juga perempuan sudah punya suami dan anak eh di tinggal kerja suami malah di rumah minta dikerjain

  6. Ping-balik: Ini Memang Gila, Tapi Ini Cinta | Tunsa·

Tinggalkan Balasan ke tunsa Batalkan balasan