Pengamen Oh.. Pengamen!

Apakah anda tau, foto siapa yang saya tampilkan di atas?

Kita pasti sudah mafhum itu gambar siapa, sound system beserta perabot yang ia gendong tidak bisa membohongi mata kita bahwa ia adalah seorang pengamen. Mengamen demi sesuap nasi. Tak pandang tempat, di setiap daerah pasti terdapat yang namanya pengamen. Maksud saya tentu orang yang menjual suaranya kepada para pemilik uang lebih. Bukan mengamen yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh recehan dari belas kasihan orang lain, seperti membawa balitanya yang masih kecil misalnya.

Saya paling tidak suka jenis pengamen yang seperti itu, meski kadang kala perilaku ini ‘dibenarkan’ demi sesuap nasi. Bagi saya, setiap orang punya rizki masing-masing yang sudah diatur oleh Allah. Nah, meski terkadang pengamen itu menyebalkan, bukan berarti cap itu berlaku kepada smua pengamen. Pengamen itu hanya sebutan gampangnya, yang makna sebenarnya mereka menjual daya tarik lewat suara.

Lain halnya dengan bapak dengan ‘profesi’ sebagai pengamen yang mangkir di toko beberapa menit yang lalu. Bisa dibilang bapak itu ‘langganan’ ngamen di tempat kami. Tidak setiap hari sih, tapi jika ia lewat jalan WR Supratman, pasti tak pernah absen ke tempat saya. Saya menghargai profesinya, dan bersamaan dengan itu saya juga angkat topi atas sikapnya dalam “bernyanyi”.

Tidak semua pengamen konsisten sepertinya, beliau mengamen dengan ‘tanggung jawab’, artinya bukan hanya meminta-minta recehan dengan dalih mengamen. Bagi anda mungkin pengamen itu ya sama saja, nyanyi sebentar, dikasih uang, lalu cabut. Bapak itu menunjukkan sikapnya yang berbeda, meskipun sudah diberikan upahnya, tidak akan berhenti jika belum habis satu lagu. Suara beliau yang merdu rasanya ‘sayang’ jika bapak itu hanya menarik suara di sepanjang jalan. Namun, begitulah kehidupan yang adil diatur Allah, ada yang kaya, ada juga yang miskin dan sebaliknya.

Saya yakin masih banyak pengamen yang “bertanggung jawab” seperti bapak yang tadi sore ngamen. Di desa saya, Tunsa, bahkan ada seorang yang cacat dengan kepiawaiannya membunyikan gitar kecil, dia bernyanyi menulusuri desa dengan pernuh tanggung jawab. Sikapnya yang membuat saya salut. Tidak seperti pengamen lain yang biasanya di bis, warung-warung, atau bahkan di terminal dan stasiun.  Sebagian mereka memegang gitar hanya untuk cari uang. Genjreng..genjreng sebentar, lalu pergi.

Itu hanya pendapat saya pribadi, entah bagaimana pandangan anda semua  😀

32 responses to “Pengamen Oh.. Pengamen!

  1. Wajar lah, yang “katanya” kerja aja banyak kok yang cuma datang, absen/check clock, truz pulang lagi kok!
    Berarti kan sama ja dengan pengamen yang datang, dapat uang, langsung cabut!
    Y g rie?
    Hehehe,,,

  2. iya Ri, kalau mengamennya memang gak maksa ,
    namanya juga usaha utk menjemput rezeki, iya khan??

    karena bunda juga sering sih menemukan pengamen yg maksa banget, nyanyinya asal2an , terus langsung nagih uang ke kita, apalagi anak2 muda ini memintanya dgn gaya mengancam…
    pingiiin jitak aja rasanya …
    salam

  3. Hehehe,,seandainya dia mengamen ditempat saya tak suruh nyanyi full sampai kelar, biar tak sia² hehehe,,,aslinya para pengamen itu bukan hanya sekedar mencari uang, tapi mereka ingin mengembangkan bakat mas,,

    • seperti penyanyi2 yang sudah terkenal itu ya kang. saya juga kadang2 request lagu jika enak nyanyinya, tapi itu dulu…skrg gak suka lagu 😀

  4. aku paling sebel sama pengamen begituan
    soalnya di tokoku tuh banyaaaaaaaak yang ngamen
    tiap 10 menit, selalu ada pengamen/ pengemis
    apalagi kalo hari jumat… lebih banyak lagi

  5. dan dhe pun fine2 aja kalo bertemu pengamen dan pasti setiap hari ketemu pengamen di bus kota, hehe.. kalo suaranya beneran bagus mah, seneng dan ikutan nyanyi.. tapi kalo suaranya jelek, trus gayanya nge-punk nggak jadi gitu, haduuuhh itu baru bikin malas..

  6. Iya ya Ri, kalo ada pengamen yg bertanggung jawab spt itu kita-nya jg lebih ikhlas ngasih lebih besar, drpd yg cuma ‘nodong’ ngamen ala kadarnya 🙂

  7. Saya suka istilah ari … Tentang pengamen yg bertanggung jawab.
    Karena banyak saya temui pengamen hanya nggremeng saja … Nyanyi gak jelas.

    Sebagai mantan pengamen … Walau bukan door to door … Saya merasa sedih jika orang berkesenian dengan semena-mena … Atau meminjam istilah ari … Pengamen yg tidak bertanggung jawab

    Salam saya Ari

  8. terkadang mereka nyanyi lalu pergi krn memang si empunya rumah pengennya mereka cepat2 pergi, pengalaman yg kualami thn lalu, justru aku yg disalahkan saudaraku krn menahan utk tdk memberi uang sebelum mereka usai nyanyi 🙂

Tinggalkan Balasan ke tunsa Batalkan balasan