Apakah anda tau, foto siapa yang saya tampilkan di atas?
Kita pasti sudah mafhum itu gambar siapa, sound system beserta perabot yang ia gendong tidak bisa membohongi mata kita bahwa ia adalah seorang pengamen. Mengamen demi sesuap nasi. Tak pandang tempat, di setiap daerah pasti terdapat yang namanya pengamen. Maksud saya tentu orang yang menjual suaranya kepada para pemilik uang lebih. Bukan mengamen yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh recehan dari belas kasihan orang lain, seperti membawa balitanya yang masih kecil misalnya.
Saya paling tidak suka jenis pengamen yang seperti itu, meski kadang kala perilaku ini ‘dibenarkan’ demi sesuap nasi. Bagi saya, setiap orang punya rizki masing-masing yang sudah diatur oleh Allah. Nah, meski terkadang pengamen itu menyebalkan, bukan berarti cap itu berlaku kepada smua pengamen. Pengamen itu hanya sebutan gampangnya, yang makna sebenarnya mereka menjual daya tarik lewat suara.
Lain halnya dengan bapak dengan ‘profesi’ sebagai pengamen yang mangkir di toko beberapa menit yang lalu. Bisa dibilang bapak itu ‘langganan’ ngamen di tempat kami. Tidak setiap hari sih, tapi jika ia lewat jalan WR Supratman, pasti tak pernah absen ke tempat saya. Saya menghargai profesinya, dan bersamaan dengan itu saya juga angkat topi atas sikapnya dalam “bernyanyi”.
Tidak semua pengamen konsisten sepertinya, beliau mengamen dengan ‘tanggung jawab’, artinya bukan hanya meminta-minta recehan dengan dalih mengamen. Bagi anda mungkin pengamen itu ya sama saja, nyanyi sebentar, dikasih uang, lalu cabut. Bapak itu menunjukkan sikapnya yang berbeda, meskipun sudah diberikan upahnya, tidak akan berhenti jika belum habis satu lagu. Suara beliau yang merdu rasanya ‘sayang’ jika bapak itu hanya menarik suara di sepanjang jalan. Namun, begitulah kehidupan yang adil diatur Allah, ada yang kaya, ada juga yang miskin dan sebaliknya.
Saya yakin masih banyak pengamen yang “bertanggung jawab” seperti bapak yang tadi sore ngamen. Di desa saya, Tunsa, bahkan ada seorang yang cacat dengan kepiawaiannya membunyikan gitar kecil, dia bernyanyi menulusuri desa dengan pernuh tanggung jawab. Sikapnya yang membuat saya salut. Tidak seperti pengamen lain yang biasanya di bis, warung-warung, atau bahkan di terminal dan stasiun. Sebagian mereka memegang gitar hanya untuk cari uang. Genjreng..genjreng sebentar, lalu pergi.
Itu hanya pendapat saya pribadi, entah bagaimana pandangan anda semua 😀
Iya, kalau pengamen dengan keahlian musik sih enggak apa-apa, tapi kalau pengamen asal jreng-jreng ya ke laut aja.. :piss
hehehe,,,dilaut mah ikan2 aja yang dengerin 😉
Wajar lah, yang “katanya” kerja aja banyak kok yang cuma datang, absen/check clock, truz pulang lagi kok!
Berarti kan sama ja dengan pengamen yang datang, dapat uang, langsung cabut!
Y g rie?
Hehehe,,,
wuehehehe…itu mah dikau dik, qqq…inget aja jaman dulu.. jangan lupa mampir berteduh siang2 di kapal 😀
Iya, semuanya harus dilakukan sampai tuntas dan sungguh-sungguh, itulah tanggung jawabnya…
kadang2 ada juga yang nyebelin, hehe
iya Ri, kalau mengamennya memang gak maksa ,
namanya juga usaha utk menjemput rezeki, iya khan??
karena bunda juga sering sih menemukan pengamen yg maksa banget, nyanyinya asal2an , terus langsung nagih uang ke kita, apalagi anak2 muda ini memintanya dgn gaya mengancam…
pingiiin jitak aja rasanya …
salam
hehe..jitak aja bun. saya juga kadang gemez. dulu sempet diinjak oleh segrombolan pengamen di metromini. ngamen kok maen kroyokan
Hehehe,,seandainya dia mengamen ditempat saya tak suruh nyanyi full sampai kelar, biar tak sia² hehehe,,,aslinya para pengamen itu bukan hanya sekedar mencari uang, tapi mereka ingin mengembangkan bakat mas,,
seperti penyanyi2 yang sudah terkenal itu ya kang. saya juga kadang2 request lagu jika enak nyanyinya, tapi itu dulu…skrg gak suka lagu 😀
saya belum nemuin pengamen yang kaya gitu mas..
saya sudah sering 😀
aku paling sebel sama pengamen begituan
soalnya di tokoku tuh banyaaaaaaaak yang ngamen
tiap 10 menit, selalu ada pengamen/ pengemis
apalagi kalo hari jumat… lebih banyak lagi
hehe,,,untungnya di tempat saya jarang mbak 😀
kalo pengamen nyanyinya enak, Dija seneng
kalo pengamen nyanyinya gak enak… Dija gak senang
hihi,,,,emang dija senengnya lagu apa?
good post..
thanks
dan dhe pun fine2 aja kalo bertemu pengamen dan pasti setiap hari ketemu pengamen di bus kota, hehe.. kalo suaranya beneran bagus mah, seneng dan ikutan nyanyi.. tapi kalo suaranya jelek, trus gayanya nge-punk nggak jadi gitu, haduuuhh itu baru bikin malas..
haha….sama donk. aku pernah males, terus pura2 tidur, eeehhh..malah di sindir.. 😀
Iya ya Ri, kalo ada pengamen yg bertanggung jawab spt itu kita-nya jg lebih ikhlas ngasih lebih besar, drpd yg cuma ‘nodong’ ngamen ala kadarnya 🙂
hehehe..tapi sebagai manusia saya lebih suka tidak ada pengamen, karena saya tak suka nyanyian 😀
kalo pengamenny lucu,,,,, bikin tertwa, asyik aja…..
klo sy paling benci sm pengamen yg bareng-breng….. merokok lagi huh……. bkin sumpek
haha…sama, saya tak suka pengamen dalam bis, biasanya mereka merokok 😀
Saya suka istilah ari … Tentang pengamen yg bertanggung jawab.
Karena banyak saya temui pengamen hanya nggremeng saja … Nyanyi gak jelas.
Sebagai mantan pengamen … Walau bukan door to door … Saya merasa sedih jika orang berkesenian dengan semena-mena … Atau meminjam istilah ari … Pengamen yg tidak bertanggung jawab
Salam saya Ari
biasanya ada tuh, yang baru bunyiin genjrengan, dikasih uang langsung ngacir, hehe
demi sebongkah permata 🙂 [uang]
akan dilakukan dengan berbagai cara 😦
termasuk ngamen… 😀
terkadang mereka nyanyi lalu pergi krn memang si empunya rumah pengennya mereka cepat2 pergi, pengalaman yg kualami thn lalu, justru aku yg disalahkan saudaraku krn menahan utk tdk memberi uang sebelum mereka usai nyanyi 🙂
delimatis memang, tak smua orang sama 😀
Biar bagaimana indahnya orang nyanyi ari pasti ngak bakalan suka, orang ngak suka nyanyi heeeee
hahaha..bener banget bli, tapi setidaknya saya suka jika mereka sopan 😀